Rabu, 11 Oktober 2017

Hama pada Komoditas Tanaman Kacang Panjang






Oleh :

                                      Nama : Septi Ulfiana Rohmatin
                                      NPM   : 1525010041
                                      Kelas  : A-25





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2017






Hama pada Komoditas Tanaman Kacang Panjang

  A. Lalat Kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Kerugian : Kerugian hasil yang disebabkan oleh serangan lalat kacang adalah setara dengan presentase kematian tanaman pada suatu areal pertanaman. Karena gerekan larva menyebabkan tanaman menjadi layu mati dan kering karena akar tidak dapat berfungsi normal untuk mengisap air dan unsur hara.

Gejala : terdapat bintik-bintik putih pada kotiledon dan sekitar tulang daun, pertumbuhan tanamanyang terserang terhambat dan daun berwarna coklat kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak.

Siklus Hidup : Gejala kerusakan tanaman mulai terlihat pacta 14 hari setelah tanam dan berakhir pada 30 hari setelah tanam. Lalat kacang dewasa berukuran 1,9-2,2 mm berwarna hitam, lalat dewasa meletakan telur sejak tanaman kedelai muncul diatas tanah sampai sekitar 2 minggu setelah tanam. Telur diletakan secara terpisah dalam lubang di dikoteledon atau pangkal helai daun pertama atau kedua.
Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur 94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakan. Larva berbentuk ramping panjang maksimal 3,75 mm dan lebar 0,15 mm memakan keping biji atau daun selama 2 hari, larva menggerek daun menuju ke batang hingga pangkal batang atau pangkal akar. Melalui kulit batang. Stadia larva berkisar antara 7 -11 hari. Pupa terbentuk di bawah epidermis kulit padakal batang atau pangkal akar. Siklus hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.


Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama dari :

1. Luar :
a. Iklim : Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00-10.00 pagi. Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama.
b. Tanah : -
c. Tanaman Inang : Tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah,kacang hijau dan kacang panjang.
d. Faktor Hayati : -

2. Dalam :
a. Kemampuan Berkembang Biak : Seekor induk betina lalat mampu meletakan telur 94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakan.
b. Sifat Mempertahankan Diri : -
c. Umur Imago : Siklus hidup lalat kacang berkisar 17-26 hari.


Pengendalian :
1. Penyemprotan dengan PESTONA.
2. Pergiliran tanaman dengan bukan kacang-kacangan.
3. Tanam serempak dengan selisih waktu tanam kurang dari 10 hari.
4. Menutup lubang tugal dengan mulsa (jerami, rumput daun kering).
5. Pencabutan dan pemusnahan tanaman terserang.
6. Perawatan benih (untuk benih yang akan ditanam di daerah kronis/endemis)
7. Penyemprotan insektisida efektif apabila ditemukan serangan kurang dari 2% pada umur kurang 10 hari setelah tanam.



B. Kutu Daun (Aphis cracivora Koch)
Kerugian : penurunan hasil produksi. Serangan berat pada fase pembungaan atau pembentukan polong dapat menurunkan hasil panen. Selain itu, kutu daun kacang juga merupakan vektor penyakit virus (CAMV).

Gejala : Tanaman yang terserang akan terhambat pertumbuhannya menjadi lemah dan kehilangan warna daun, mengkerut dan akhirnya menyebabkan. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektorvirus.

Siklus Hidup :
1) Sifatnya partenogenesis, yaitu telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya.
2) Lama hidupnya antara 13 - 18 hari dengan 4 - 8 kali instar.
3) Nimfa yang baru terbentuk langsung mengisap cairan tanaman secara bergerombol. Nimfa dewasa berwarna hitam dan berkilau. Antenenya lebih pendek dari pada abdomen.
4) Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 - 20 hari. Panjang tubuh yang bersayap rata-rata 1,4 mm dan yang tidak bersayap rata-rata 1,5 mm. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5 - 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.


Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama dari :

1. Luar :
a. Iklim : serangan berat di musim kemarau
b. Tanah : -
c. Tanaman Inang : Tanaman kacang-kacangan seperti kacang tanah,kacang hijau dan kacang panjang.
d. Faktor Hayati : -

2. Dalam :
a. Kemampuan Berkembang Biak : Sifatnya partenogenesis, telurnya berkembang menjadi nimfa tanpa terjadi pembuahan, kemudian dilahirkan oleh induknya. Lama hidupnya antara 13 - 18 hari dengan 4 - 8 kali instar. Mulai menghasilkan keturunan pada umur 5 - 6 hari dan berakhir sepanjang hidupnya.
b. Sifat Mempertahankan Diri : -
c. Umur Imago : Betina menjadi dewasa setelah berumur 4 - 20 hari.


Pengendalian :
- Dengan rotasi tanaman yang bukan family kacang-kacangan.
- Penyemprotan Natural BVR.
- Penanaman tanaman yang resisten.
- Penggunaan musuh alami seperti Coleoptera, Harmonia arcuata, dan dari ordo Diptera.



C. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Kerugian : Ulat grayak menyebabkan tanaman gundul karena daun dan kacang panjang habis di makan sehingga produksi menurun bahkan gagal panen.

Gejala : Larva yang masih muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan polong habis dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat berat. serangan ulat yang masih kecil mengakibatkan bagian daun yang tersisa tinggal epidermis bagian atas dan tulang daunnya saja. Ulat yang besar memakan tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi gundul.

Sikus hidup : Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna. Perkembangan S. litura terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas. Pada umur 2 minggu, panjang ulat sekitar 5cm. Ulat berkepompong di dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari). Stadium larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari. Lama stadium pupa 8-11 hari. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2.000-3.000 telur.


Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama dari :

1. Luar :
a. Iklim : Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau.
b. Tanah : -
c. Tanaman Inang : Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang yang cukup luas.
d. Faktor Hayati : -

2. Dalam :
a. Kemampuan Berkembang Biak : Ngengat betina meletakkan telurnya di permukaan daun tanaman dengan jumlah telur antara 2000-3000 butir. Setelah 3-5 hari, telur akan menetas menjadi larva dan hidup secara berkelompok dalam jumlah sagat banyak.
b. Sifat Mempertahankan Diri : -
c. Umur Imago : Stadium pupa akan berlangsung selama kurang lebih 8 hari, kemudian akan keluar ngengat dewasa. Pada umur 2-6 hari, ngengat dewasa sudah kembali bertelur untuk menurunkan generasi baru.


Pengendalian :

Pengendalian Secara Teknis
Pengendalian dilakukan dengan melakukan teknis budidaya yang benar. Beberapa upaya teknis untuk mengurangi serangan ulat grayak adalah menjaga sanitasi kebun, pengolahan tanah (pencangkulan dan penggaruan), penggiliran tanaman.

Pengendalian Mekanis 
Lakan penangkapan secara manual, terutama terhadap larva. Pengendalian ini efektif dilakukan pada malam hari. Jika ditemukan sekumpulan telur yang berada di permukaan daun dan diselimuti seperti benang kelamat, segera musnahkan.

Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian ini pada initinya menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alaminya. Terdapat beberapa musuh alami ulat grayak baik dari jenis predator, parasitoid, maupun patogen. Beberapa jenis predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat grayak antara lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata (Hemiptera). Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak adalah Apanteles sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp. (Hymenoptera). Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan ulat grayak adalah SlNPV dan Beauveria bassiana.

Pengendalian Kimiawi
Upaya pengendalian kimiawi hanya dilakukan apabila serangan tidak terkendali setelah dilakukan upaya-upaya pengendalian di atas. Ulat grayak tergolong jenis ulat yang mudah resisten atau kebal terhadap suatu jenis bahan aktif pestisida. Oleh karena itu, penggiliran bahan aktif pestisida setiap kali penyemprotan merupakan kunci keberhasilan pengendalian Spodoptera sp. Penggantian bahan aktif dapat memutus resistensi ulat grayak terhadap pestisida. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan dan dilakukan secara berseling setiap kali penyemprotan.



D. Penggerek Biji (Callosobruchus maculatus L)
Kerugian : Gagal panen dan kerugian besar pada petani. Biji tidak dapat tumbuh karena bolong dan kehabisan cadangan makanannya.

Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%.

Siklus hidup : Hama ini merupakan hama gudang yang menyerang hasil panen dalam gudang. Tarsi tampaknya 4-4-4, tapi sesungguhnya 5-5-5. Tubuh oval, bagian belakang lebar, warna hitam atau coklat dengan bintik-bintik. Dari atas kepala tersembunyi elytra pendek tidak sampai ujung abdomen. Serangga ini merupakan family dengan jumlah yang relatif sedikit. sepanjang hidupnya larva berada dalam biji-bijian, dewasa sebagian ditemukan dibunga-bunga.


Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama dari :

1. Luar :
a. Iklim : suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangan C. Maculatus adalah 32.5°C dan 90% ; dan imago betina akan meletakkan telur lebih banyak pada kisaran suhu 30-35°C.
b. Tanah : -
c. Tanaman Inang : Hama ini banyak menyerang benih kopi dan benih famili Fabaceae dalam penyimpanan.
d. Faktor Hayati : -

2. Dalam :
a. Kemampuan Berkembang Biak : -
b. Sifat Mempertahankan Diri : -
c. Umur Imago : Imago membutuhkan waktu 24 sampai 36 jam untuk menyempurnakan fasenya. Jantan menemui betina untuk mengiseminasi, dan sel telur disimpan oleh imago betina. Imago jantan dan betina membutuhkan makanan dan minuman selama menyelesaikan siklus hidupnya, yaitu selama 10−14 hari.


Pengendalian : dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji. Ekstrak buah maja selain bersifat repellen dan ovicidal juga dapat bersifat feedent deterent atau penghambat makan pada serangga.



E. Ulat bunga ( Maruca testualis)
Kerugian : Penurunan hasil karena serangan M. testulalis dapat sangat besar. Kehilangan hasil pada berbagai legum karena hama ini diperkirakan 20 - 60 persen. M. testulalis sering mengakibatkan kerusakan berat pada kacang tunggak, dengan kehilangan hasil yang dapat mencapai 70 persen. Di Indonesia, kerusakan sebesar 25 persen pada kedelai pernah dilaporkan. Pada kacang panjang, hama tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup fatal dan menurunkan mutu hasil.

Gejala : Bunga yang baru mekar, kelopak bung , polong muda, daun muda dan tunas rusak dengan bekas gigitan. Bagian tanaman dijalin dengan jaring mirip jaring laba-laba, kalau di buka, didalamnya tampak sosok larva.

Siklus hidup : Hama ini tersebar di daerah tropis, ia menkhususkan diri menyerang tanaman family Leguminosae. Termasuk dalam daftarnya buncis, kacang panjang, tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kedelai. Larva menyerang ovarium bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas. Ukuran larva berwarna hijau cerah dengan kepala gelap ini sekitar 1,6 cm. Selanjutnya ia akan membentuk pupa di dalam tanah.
Serangan terjadi saat tanaman baru bertunas atau mengeluarkan polong. Siklus hidup Ngengat bertelur di kuncup bunga, bunga, atau pada polong muda. 3-5 hari telur menetas menjadi larva dan mulai memakan tunas, bunga, daun, dan polong. Larva bertambah besar dan berpindah ke tempat lain pada umur 4-7 hari , ini merupakan stadia paling berbahaya dari pertumbuhan hama ini. Setelah umur 6-8 hari larva berubah menjadi pupa di tanah dan membutuhkan waktu 5-7 hari untuk menjadi serangga dewasa.


Faktor yang mempengaruhi kehidupan hama dari :

1. Luar :
a. Iklim : -
b. Tanah : -
c. Tanaman Inang : buncis, kacang panjang, tanaman penutup tanah Crotalaria, dan kedelai. Larva menyerang ovarium bunga yang baru mekar, kelopak bunga, polong muda, daun muda, dan tunas.
d. Faktor Hayati : -

2. Dalam :
a. Kemampuan Berkembang Biak : Periode dari telur sampai dewasa 30 - 35 hari. Siklus satu generasi terjadi antara 22 - 25 hari. Secara teoritis, dalam satu musim tanam bisa terdapat sampai empat generasi.
b. Sifat Mempertahankan Diri : -
c. Umur Imago : Lama hidup imago 5 - 7 hari.


Pengendalian :
- Dengan cara mekanis dapat langsung di ambil dan di musnahkan yang terlihat pada tanaman yang terserang.
- Secara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida kontak berbahan dasar Protiofos, seperti Tokuthion 500 EC, Prevathon 50 SC berbahan aktif Klorantraniliprol dan Regent 50 SC berbahan aktif Fipronil pada onsentrasi sesuai label.
- Dengan cara budidaya, membersihkan serasah dan gulma di sekitar tanaman utama.





DAFTAR PUSTAKA


Akiku. 2012. Hama dan Penyakit Kacang Panjang. http://infowongtani.blogspot.co.id/2012/09/hama-dan-penyakit-kacang-panjang-dan.html. Di unduh Pada 12 Februari 2017. Pukul 23.02
Bajigur. 2014. Laporan Praktikum Perlindungan Tanaman. http://kuliahfaperta.blogspot.co.id/2014/04/laporan-praktikum-perlindungan-tanaman.html.  Di unduh Pada 12 Februari 2017. Pukul 23.02
Darma, Budi. 2011. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kacang Panjang. http://budidarma.com/2011/11/hama-dan-penyakit-pada-tanaman-kacang-panjang.html. Di unduh Pada 12 Februari 2017.           Pukul 23.02
Junior. 2015. OPT. http://www.opete.info/detail.php?idh=167. Di unduh Pada 12 Februari 2017. Pukul 23.02
Mulyana, Kustia. 2013. Budidaya Kacang Panjang. http://riankustiamulyana.blogspot.co.id/2013/07/budidaya-kacang-panjang.html. Di unduh Pada 12 Februari 2017. Pukul 23.02

Jumat, 17 Februari 2017

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN SEKTOR PERTANIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris. Ini artinya sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani dan perekonomian negara juga bergantung banyak pada sektor pertanian. Hal ini karena beragamnya sumber daya alam yang ada di Indonesia  dan banyaknya lahan yang dapat dimanfaatkan. Dan di negara agraris penduduk yang bekerja di bidang pertanian memberikan kontribusi yang besar untuk negara.
   1.2 Rumusan Masalah
Sayangnya akhir – akhir ini sudah banyak yang menilai Indonesia tidak lagi agraris. Banyak penduduknya yang dulu bekerja di sektor pertanian pindah ke sektor lain. Terlebih lagi dari sisi kemandirian pangan Indonesia tidak bisa memenuhi, bahkan impor merajalela untuk sebagian komoditas. Sebab sebagian orang memandang swasembada pangan perperan dalam menentukan keagrarisan Indonesia.

    1.3 Batasan Masalah
Mengingat jika menurunnya sektor pertanian yang ada di Indonesia juga karena semakin sedikitnya lahan pertanian yang beralih menjadi bangunan maupun lahan yang rusak karena bencana alam. Maka perencanaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau sistem komputer yang berguna untuk pemetaan data keruangan dan pemetaan obyek di muka bumi, dapat dilakukan sebagai perencanaan dan pengolahan lahan.

II. PEMBAHASAN
   2.1 MANFAAT SIG PADA PERTANIAN
Dalam sektor pertanian, SIG bisa digunakan untuk membantu mengelola bidang pertanian dan perkebunan. Mulai dari pengaturan kawasan yang sesuai untuk tanaman dan pepohonan (lahan potensial atau lahan kritis, masih baik atau sudah rusak, cocok untuk pertanian atau perkebunan, pemanfaatan secara maksimal yang cocok), pengaturan saluran air, memperkirakan masa panen untuk selanjutnya merotasi dengan tanaman lain yang cocok, memperhitungkan kerusakan yang mungkin terjadi, menganalisa cara yang tepat dalam pembibitan, penanaman hingga teknik pemanenan yang tepat.

Selain itu SIG juga dapat digunakan untuk menentukan proses mulai dari pengolahan tanah, proses pembibitan, proses penanaman, proses pemanenan dan pencegahan hama karena banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam sektor pertanian dan perkebunan.

Pemantauan dan pengendalian sistem irigrasi yang meliputi efektifitas aliran air, kapasitas, dan juga distribusi air dapat dibantu dengan SIG. Pengaturan sistem irigrasi ini yang selama ini banyak membuat gagal panen sebab kurang terencana dan kurang terkendali.
   2.2 Cara Memanfaatkan SIG
Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan manfaat yang diharapkan antara lain, perumusan / penetapan rencana strategi pengembangan pertanian, prediksi luas panen dan produksi pertanian, monitoring perubahan manfaat lahan pertanian, penetapan daerah komoditas untuk produk unggulan, evaluasi terhadap sumberdaya hasil lahan pertanian, pengaturan pembuatan jalur transportasi pengangkut hasil pertanian antar daerah, analisis terhadap pemasaran sarana angkutan hasil pertanian, dan membantu analisis spasial penelitian pertanian.

Dalam melakukan upaya-upaya tersebut diperlukan beberapa komponen untuk menggunakan SIG, yakni, 
  1. Hardware (perangkat keras), dapat berupa komputer (PC) atau laptop
  2. Software (perangkat lunak), dalam bentuk Arcview, Map info, Arcgis, Quantum GIS
  3. Data
  4. Metode
  5. Persoon (Pengguna / pengoperasi sistem)
   2.3 SIG dan Cabang Ilmu Pertanian
Dalam pertanian memiliki empat cabang keilmuan didalamnya, antara lain agronomi atau budidaya pertanian, Hama Penyakit Tanaman (HPT), ilmu tanah, dan sosial ekonomi (SOSEK). SIG juga bisa digunakan dalam keempat bidang tersebut, sehingga tidak hanya pertanian secara umum yang meliputi perkebunan, peikanan, peternakan, dan tata guna lahan saja.

Di bidang agronomi atau budidaya pertanian, SIG dapat digunakan untuk mengetahui lahan mana yang cocok untuk ditanami tanaman jenis tertentu seperti lahan mana yang cocok untuk ditanami tebu, lahan mana yang cocok untuk di tanami sengon, dan sebagainya. Sehingga tidak perlu lagi bingung karena cukup melihat dalam peta lahan daerah tersebut berpotensial untuk apa atau lahan mana yang berpotensial untuk tanaman tertentu.

Di bidang Hama Penyakit Tanaman (HPT), pengaplikasian SIG dapat digunakan untuk mengetahui sebaran hama di daerah tertentu sehingga kita dapat menganalisa langkah selanjutnya untuk mengatasi hama sekitaran daerah tersebut sebelum melakukan penanaman guna menghindari atau memperkecil kemungkinan kerusakan akibat hama nantinya.

Di bidang Ilmu Tanah, dalam pertanian ilmu tanah berfungsi untuk mengenali karakteristik lahan, kemampuan lahan, dan langkah pengolahan terhadap lahan. Pemanfaatan SIG dapat membantu dalam melakukan evaluasi lahan. Mungkin lahan tersebut rawan banjir dan erosi, atau bagaimana kemampuan suatu wilayah, apakah lahan tersebut seharusnya digunakan untuk hutan lindung atau cocok untuk lahan pertanian bahkan sebagai tempat irigrasi.

Di bidang sosial ekonomi, penggunaan SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui ekonomi suatu daerah. Apakah termasuk daerah dengan ekonomi lemah atau tidak. Sehingga dapat membantu memprediksi hasil dari sumberdaya pertanian. Biasanya dengan membagi kuisioner terhadap masyarakat sekitar untuk memperoleh data yang selanjutnya diolah untuk pemetaan.
   2.4 Kelebihan SIG
Penggunaan SIG di bidang pertanian tidak hanya berlandaskan dasar dari manfaat yang ada tetapi juga mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari SIG itu sendiri. Kelebihan dari SIG antara lain,
  1. Tidak memerlukan ruangan yang besar, dalam kata lain penggunaan SIG dapat menghemat tempat
  2. Akses informasi cepat dan mudah, artinya selain menghemat tempat SIG juga menghemat waktu dan tidak rumit
  3. Analisa spasial dan tektual dikerjakan lebih dari satu layer
  4. Sumber daya manusia (SDM) untuk melakukan pengelolaan data tidak terlalu banyak, sehingga menghemat jumlah pekerja pula
  5.  Data dapat diakses dan dibawa kapan pun dan dimana pun/ SIG tidak terbatas ruang dan waktu
  6. Dapat membuat peta model lingkungan sehingga dapat disesuaikan semirip mungkin dengan objek / lahan aslinya
  7. Analisis alternatif yang potensial
  8. Umumnya SIG yang dikembangkan disesuai dengan kebutuhan pada perusahaan karena karyawan yang ditugasi mengerti kebutuhan perusahaannya dan karyawan juga mengerti kebutuhan sistem di perusahaan
  9. SIG yang dibutuhkan dapat secepatnya direalisasikan dan dapat secepatnya melakukan perbaikan untuk penyempurnakan sistem tersebut
  10. SIG yang dibangun sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dan dokumentasi yang disertakan akan lebih sempurna / lengkap
  11. Tidak sulit untuk memodifikasi dan pemeliharaannya (maintenance) terhadap SIG karena proses pengembangannya dapat dilakukan oleh karyawan perusahaan yang bersangkutan
  12. Adanya intensif tambahan bagi karyawan yang diberi tanggung jawab untuk mengembangkan sistem informasi perusahaan terkait
  13. Lebih mudah dilakukan pengawasan (security access) dan keamanan data lebih terjamin karena hanya berkaitan dengan pihak dalam perusahaan
  14. SIG yang dikembangkan bisa diintegrasikan menjadi lebih mudah dan juga lebih baik lagi dibanding sistem yang sudah ada saat ini.
   2.5 Kekurangan SIG
Sedangkan kekurangan dari SIG antara lain,
  1. Karena SIG termasuk sistem informasi dengan teknologi modern maka sumberdaya manusia yang digunakan harus menguasai teknologi komputer
  2. Teknologi yang ada terus berkembang seiring perkembangan zaman sehingga jika tidak mengikuti perkembangan maka jelas akan tertinggal serta karyawan yang dipekerjakan harus selalu mengetahui ilmu terbaru
  3. Biaya yang dikeluarkan relatif mahal karena memang SIG termasuk teknologi modern tetapi seimbang dengan manfaat yang didapat
  4. Penanganan tentang data yang berbentuk 3D buruk, tapi tidak menutup kemungkinan seiring perkembangan teknologi kekurangan ini akan teratasi
  5. Sulit untuk menyajikan data temporal
  6. Format data dan standart file data beragam
  7. Model objek terbatas, masalah ini juga mungkin teratasi dengan semakin berkembangnya teknologi
  8. Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai teknologi sehingga cukup sulit mencari karyawan yang mampu mengoperasikan SIG
  9. Pengembangan SIG ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena konsentrasi karyawan tidak dapat fokus dan harus terbagi dengan pekerjaan rutinitas setiap hari sehingga pelaksanaannya jadi kurang efektif dan juga efisien
  10. Perubahan dalam tekonologi informasi terjadi secara cepat dan belum pasti perusahaan mampu beradaptasi secara cepat sehingga membuka peluang teknologi yang digunakan masih kurang canggih (up to date)
  11. Membutuhkan waktu untuk pelatiahan bagi operator dan programmer sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan
  12. Terjadinya demotivasi pada karyawan yang ditugaskan untuk mengembangkan SIG karena itu bukan wujud core competency pekerjaan mereka
  13. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang sistem informasi dapat menyebabkan kesalahan / resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan (ditanggung sendiri).
III. PENUTUP
Dalam pemanfaatan SIG dapat diukur dari seberapa efektif terhadap sumber daya yang dilibatkannya. Hal ini terkait dengan pengelolaan data informasi yang sebelumnya manual (konvensional) menjadi terkomputerisasi. Sehingga kelebihan dan manfaat dari SIG lebih besar dan tidak sebanding dengan kekurangan yang ada.

Jumat, 03 Februari 2017

Petani, Siapa sih Mereka?

Menurut KBBI, laman ‘petani’ berarti orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Mulia betul batasan itu. Kenyataannya, jauh panggang dari api. Juru bercocok tanam itu nyaris sepanjang hayatnya bersurat kelabu. Terbaru, serangan sengit berupa video bikinan Human Rights Watch yang mengusung isu child labour. Saking gawatnya persoalan, beberapa pekan lalu, bahkan Dik Iqbal Aji Daryono pun sampai turun tangan melalui setumpuk anti tesis berikut argumen-argumen ampuh sebagai penyanggah.
Tapi sebentar. Pernah ada masa ketika petani diriwayatkan sedemikian mulia, kala rumusan ‘negeri agraris’ masih ranumranumnya. Berikut saya kutip utuh pernyataan tokoh yang saya kagumi, KH Hasyim Asy’ari ihwal periwayatan yang saya maksud :
”Pendek kata, bapak tani adalah goedang kekajaan, dan dari padanja itoelah Negeri mengeloearkan belandja bagi sekalian keperloean. Pa’ Tani itoelah penolong Negeri apabila keperloean menghendakinja dan diwaktoe orang pentjari-tjari pertolongan. Pa’ Tani itoe ialah pembantoe Negeri jang boleh dipertjaja oentoek mengerdjakan sekalian keperloean Negeri, jaitoe diwaktunja orang berbalik poenggoeng (ta’ soedi menolong) pada negeri; dan Pa’ Tani itoe djoega mendjadi sendi tempat negeri didasarkan.” (KH Hasyim Asy’ari)
Kalau sampeyan penyuka komik-komik silat jaman dulu, mari bernostalgia sejenak. Di sana, petani digambarkan kebanyakan bernasib cemerlang. Tampilan boleh gembel atau berbusana compang-camping, namun tidak jarang sosok ini ditakdirkan sebagai jagoan penumpas kejahatan, atau jika si pengarang baik hati, kadang dihadiahi peran sebagai sesepuh sebuah padepokan, tentu dengan aji kanuragan pilih tanding.
Tetapi, Mas, Mbak, makin ke sini postulat keren tokoh besar pendiri Nahdlatul Ulama itu makin kehilangan gema, dan dunia kian jauh dari ilustrasi dongeng yang dipampang di halaman-halaman komik.
Saya punya cerita. Belum lama ini seorang kawan di Denpasar yang namanya diembel-embeli chef mengunggah foto sebuah menu – konon temuannya – di jejaring sosial. Caption : Temuan terbaru, siorica. Perpaduan siobak babi dengan rica-rica, bumbu konvensional, hanya ditambahi irisan kolobak ungu, butiran lada hitam dan bahan lain yang ogah saya sebut. Sila merafat ke ‘Restauran bla bla bla’, Kuta.
Yang serius tetapi luput ditangkap, ada pengingkaran terselubung pada kasus ini. Sedigdaya apapun ilmu memasaknya, sespektakuler apapun temuannya, kawan saya lupa ada peternak yang bekerja telaten untuk empuk daging yang ia olah. Ada andil sejumlah petani bagi ketersediaan bumbu-bumbunya.
Setali tiga uang dengan lelaku para penikmat kopi yang belakangan menjadi tren. Mereka berasyik-masyuk di gerai-gerai kopi kelas satu atau di coffee shop, lihai merapal menu: cortadohalf espressoflat white dengan rasio susu lebih banyak dari latte, black arabica kintamani yang dituang vietnam drop.
O iya, tidak lupa crek, mengunggahnya di media pertemanan sebelum seruputan pertama.  
Saya ragu, adakah kelebatan bayangan sosok petani dalam batok satu dua kepala di ruangan yang menguarkan wangi kopi itu? Kelebatan bagaimana petani-petani di pelosok Mandailing sana, di Wamena, Toraja, Bajawa atau Kintamani bersetia melakukan ibadah sunyi, meraut satu-satu biji buah qahwa itu dari tandannya untuk tiap cangkir yang kita seduh.
Katakanlah semacam few second silence alias sesi hening sejenak sebagaimana ritual wajib di negara-negara berkultur bola kuat untuk menghormati atau mengenang seseorang atau sebuah kejadian yang dianggap penting sebelum pertandingan dimulai.
Ngehek sebagai Strata
Agama pun (setidaknya hinduisme), medium menuju Sang Khalik itu menempatkan petani pada posisi yang dipunggungi. Dalam strata profesi – yang sering rancu sebagai kasta – hinduisme meletakkan strata sudra (pekerja kasar termasuk petani dan buruh tani) di urutan buncit setelah brahmana, ksatria dan wesya. Petani, dengan begitu, sudah ada di jenjang upik abu sedari kaidah moralitas itu dibuat atau diwahyukan.
Kesalahan para petani, kalau boleh disebut begitu, mereka gagal menyesuaikan diri dengan hasrat kaum hedonis yang kadung kita sepakati sebagai pemeran sentral di planet bumi yang kita huni ini. Kaum berlumpur ini tak elok wara-wiri di jagat yang diseting kenes. Dunia, kita tahu, menyukai makhluk-makhluk rapi, bertutur santun dan wangi.
Petani? Amit-amit. Mereka wangsa yang hanya pantas berumah di huma, gunung atau hutan. Mau punah digerus tambang, diintimidasi aparat, that’s not our business. Mampus kau dikoyak-koyak industri sawit.
Profesi Sastrawi
Yang menghibur sekaligus jarang dicermati adalah, maqom dunia tani adalah maqom yang sastrawi. Ada relasi romantik antara sastra dengan dunia kaum tani. Ini pendapat subyektif memang, tetapi percayalah, ada benarnya kok. Begini. Profesi berwahana hutan, bukit-bukit, flora, ternak bahkan laut ini adalah silsilah dari mana ide dan gagasan dibedah.
Sulit, misalnya, membayangkan sebuah karya puisi punya nyawa tanpa menyebut lembah, daun, angin, bunyi serangga, bulir padi.
Sewaktu menggubah ‘Huma di Atas Bukit’, bisa jadi Ian Antono tiba-tiba dijatuhi wahyu berwujud anak sungai, “…sebatang sungai membelah huma yang cerah,” katanya. Chairil punya larik masyhur “Cemara berderai sampai jauh…”
Dalam ‘Anak Semua Bangsa’, Pramoedya memberi porsi khusus kepada anak tani bernama Trunodongso demi menyampaikan gagasannya. Novelis Mo Yan memilih kata ‘sorgum’ dalam salah satu novel maha karyanya, ‘Sorgum Merah’.
Nah, contoh-contoh tadi cukup kiranya sebagai tetenger seberapa kental kadar kesastrawian profesi ini.
HKTI dan API Itu Koentji!
Sayang, di nagari yang bahkan tongkat kayu pun jadi tanaman, pelaku tani menciut dari tahun ke tahun. Sesuai data sensus pertanian, dari 31.7 juta rumah tangga tani pada 2003 menjadi 26,13 juta pada2013. Ada penurunan 1,75% per tahun.
Meminjam kesenduan Bung Bre Redana, adakah ini senjakala dunia tani? Mudah-mudahan tidak. Yang pasti, selama logika konsumsi itu ada dan metabolisme tubuh manusia mutlak bergantung kepada pangan, pertanian tidak mungkin binasa dimakan waktu.
Solusi terdekat, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Aliansi Petani Indonesia (API), dua institusi penaung petani dengan reputasi yang tak heroik-heroik amat itu saya sarankan menambahkan kata ‘perjuangan’ di belakang namanya menjadi HKTI Perjuangan dan API Perjuangan.
Siapa tahu, perbaikan nama keduanya, ditambah doa-doa mulia dari segenap homo pengonsumsi se-Indonesia tiap kali laku memamah dimulai, menjadikan semesta bermurah hati, bersedia mematut-matut nasib kaum tani Indonesia menuju kebaikan. Begitu.